dewi sartika
Posted by priyanto juni
Posted on 16.25
with No comments
Biografi Dewi Sartika Pahlawan Pendidikan Indonesia
Raden Dewi Sartika adalah seorang tokoh wanita pelopor pendidikan
yang ada di Indonesia. Ia berjuang keras dalam mewujudkan pendidikan
yang layak bagi kaum wanita pada saat itu, yang di mana pada saat itu
wanita masih belum mendapatkan pendidikan yang layak sehingga
menyebabkan kaum wanita pada saat itu sering dipandang remeh oleh kaum
laki-laki yang berpendidikan tinggi.
Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember di Bandung, Jawa Barat. Orang
tuanya berasal dari priyayi Sunda, yang bernama Raden Somanagara dan
Raden Ayu Rajapermas. Ayahnya merupakan pejuang kemerdekaan pada masa
itu. Kedua orang tuanya bersikeras untuk menyekolahkannya Sartika di
Sekolah Belanda walaupun hal tersebut bertentangan dengan budaya adat
pada waktu itu.
Saat menjadi patih di Bandung, Raden Somanagara menentang Pemerintah
Hindia-Belanda, yang menyebabkan istrinya dibuang di Ternate. Dewi
diasuh oleh pamannya yang merupakan kakak dari ibunya, yang bernama Arya
yang pada saat itu menjabat sebagai Patih di Cicalengka. Ia diasuh oleh
pamannya lantaran ayahnya meninggal dunia dan juga ibunya yang telah
diasingkan ke Ternate.
![]() |
| myindischool.com |
Dewi Sartika mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda dari
pamannya. Ia juga berwawasan kebudayaan Barat yang didapatkannya dari
seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Ia menunjukkan
potensinya dalam dunia pendidikan saat masih kecil. Hal tersebut
didukung oleh kegemarannya yang sering memperagakan praktik yang ia
terima di sekolah, belajar membaca-menulis, dan bahasa Belanda, yang ia
ajarkan kepada anak-anak pembantu di kepatihan, ia melakukannya sambil
bermain di belakang gedung kepatihan. Sederhana saja, alat yang ia
gunakan adalah papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting
yang dijadikannya sebagai alat bantu belajar.
Anak-anak pembantu yang ada di Kepatihan mampu untuk membaca, menulis
beberapa kata dalam bahasa Belanda yang membuat masyarakat di Cicalengka
gempar. Masyarakat di sana kaget karena pada waktu itu belum ada anak
(anak rakyat jelata) yang mempunyai kemampuan seperti itu. Mereka
memiliki kemampuan tersebut karena diajari oleh Dewi Sartika.
Saat remaja, Dewi Sartika kembali ke Bandung dan tinggal bersama ibunya.
Ia semakin yakin untuk mewujudkan cita-citanya selama ini, yaitu
mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk memajukan pendidikan
untuk kaum wanita. Cita-citanya tersebut sejalan dengan cita-cita yang
dimiliki oleh pamannya. Namun cita-citanya tersebut sulit untuk
diwujudkan karena hukum adat pada saat itu yang mengekang kaum wanita
untuk berpendidikan.
Kegigihan dalam berusaha tidak akan pernah menghianati, hasilnya Dewi
Sartika berhasil mendidirikan sebuah sekolah yang dikhususkan untuk kaum
wanita. Materi yang ia ajarkan masih sedikit hanya meliputi: merenda,
memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, yang bertujuan untuk membuat
wanita mempunyai keterampilan.
Pada tanggal 16 Januari 1904, setelah berkonsultasi dengan Bupati R.A.A
Martanagara, Dewi Sartika membuka sebuah sekolah yang bernama Sakola Istri
(Sekolah Perempuan) pertama yang ada di Hindia-Belanda. Sakolah Istri
yang bertempat di ruangan pendopo kabupaten Bandung, ia dibantu oleh dua
saudara sepupunya, yaitu Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid dalam mengajar.
Murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang.
Pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga membuatnya pindah
lokasi ke Jalan Ciguariang, Kebon cau. Tempat ini dibeli oleh Dewi
Sartika dengan uang tabungannya dan bantuan dana pribadi dari Bupati
Bandung. Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah
Suriawati. Suaminya juga seorang guru di sekolah Karang Pamualang, yang
saat itu merupakan sekolah Latihan Guru. Dari pernikahan tersebut mereka
memiliki putra bernama R. Atot, yang merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan
beberapa Sakola Istri, yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang
memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Lulusan pertama dari
Sakola Istri, yaitu pada tahun 1909.
Pada tahun 1912, sudah berdiri sembilan Sakola Istri di setengah dari
seuruh kota-kota kabupaten Pasundan. Tahun 1914, Sakola Istri berganti
nama menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan
Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki
Sakola Kautamaan Istri hanya tinggal 3/4. Pada tahun 1920 seluruh
wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri. Sakola Istri
juga didirikan di Bukittinggi, yang didirikan oleh Encik Rama Saleh.
Pada bulan September 1929, tepat saat Sakola Kautamaan Istri berusia 25
tahun, Dewi Sartika mengadakan peringatan atas pendirian sekolah
tersebut dan juga pada saat itu Sakola Kautamaan Istri berganti nama
menjadi Sakola Raden Dewi. Atas dedikasinya dalam bidang ini, ia dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Di
makamkan di pemakamanan Cigagadon Desa Rahayu Kecamatan Cincem. Tiga
tahun kemudia di makamkan kembai di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di
Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Dedikasinya dalam mencerdaskan bangsa dan perjuangannya dalam pendidikan
di Indonesia. Ia diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional. Gelar kehormatan tersebut diberikan pada tanggal 1 Desember
1966.

0 komentar:
Posting Komentar